Pernah denger ada masjid yang dibangun oleh jin di Turen? itulah
kontroversi yang terjadi di masyarakat. Ada yang mengatakan sebagai
masjid tiban, tidak tau kapan bangunnya, lalu tau-tau udah berdiri
dengan megahnya. Belum lagi bentuknya yang menurut sebagian orang unik
dan aneh.
Sebenarnya ini adalah sebuah bangunan
pondok pesantren, namanya Bihaaru Bahri ’Asali Fadlaailir Rahmah.
Bertempat di Jalan Wahid Hasyim, Gang Anggur, Desa Sananrejo, Kecamatan
Turen, Kabupaten Malang. Klo dari kota malang sekitar 22 KM, ato sekitar
setengah jam perjalanan dengan kendaraan pribadi. Pertama kali masuk
gang Anggur, sudah terlihat jelas bangunan yang menjulang tinggi dan
cukup megah, sangat kontras dengan lingkungan di sekitarnya. Disamping
kiri dan kanan jalan hanya ada rumah penduduk desa seperti kebanyakan.
Jalan masuknya pun hanya cukup untuk satu mobil, sehingga jika bertemu
mobil laen, salah satu harus mengalah dan berhenti di ujung jalan. Jadi
tidak heran juga jika ada pengunjung yang membawa bis harus berjalan
agak jauh, karena parkir bis tidak berada di dalam ponpes.
Begitu memasuki pintu gerbangnya, kita
akan disuguhi uniknya ornamen yang menghiasi pos keamanannya. Pos
berwarna orange tersebut dijaga seorang santri yang langsung menanyakan
maksud kedatangan kita. Setelah itu kita akan langsung dipersilahkan
memarkir kendaraan di sebuah lahan dibelakang ponpes tersebut. Disamping
pos tersebut ada sebuah guci raksasa dengan corak warna biru yang
dibeberapa bagiannya ada kaligrafinya. Disisi lain bagian depan akan
tampak di puncak bangunan yang lebih mirip seperti benteng di jaman
romawi, tapi yang ini bercorak kaligrafi dan belum selesai
pengerjaannya.
Tak salah jika
ponpes ini akhir-akhir ini dijadikan salah satu tempat tujuan wisata
religi. Terlepas dari ingin membuktikan kebenaran berita burung yang
beredar, ponpes ini memang sangat layak untuk dikunjungi. Lihatlah
bangunan yang berdiri megah dengan 10 lantai, dengan luas tanah sekitar 5
hekitare, membuat ponpes ini berbeda dengan ponpes kebanyakan. Belum
lagi jika melihat fasilitas serba mewah yang ada di dalamnya. Untuk
menuju ke lantai paling atas, disediakan lift, tapi masih belum bisa
berfungsi. Belum lagi di beberapa sudut ruangan ada kamera CCTV yang
setiap saat bisa memantau keadaan didalam ponpes.
Dibangun sejak tahun 1978, hingga saat
ini bangunannya belum selesai 100%. Jadi tidak heran saat kesana masih
terlihat beberapa orang yang bekerja. Arsitek dari pembangunan ponpes
ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur di perguruan
tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru
Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti
perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak
menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun
gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah
250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Subhanallah…
Di bagian timur pondok terdapat papan
tulis besar, yang berisi daftar hadir santri yang bekerja. Waktu
pengerjanya pun bisa siang hingga sore hari, ada juga malam hari, yang
semuanya itu atas petunjuk Romo Kyai, sebutan pemilik ponpes. Tapi
dengan semakin banyaknya pengunjung, para santri itu diberikan tugas
tambahan sebagai penerima tamu, termasuk mengantarkan pengunjung ke
berbagai lokasi ponpes. Akhir-akhir ini memang jumlah pengunjung semakin
meningkat. Setiap hari lebih dari 500 orang dari berbagai daerah yang
mengunjungi ponpes ini. Mereka datang dengan berbagai tujuan, mulai dari
minta barokah Romo Kyai, berobat, konsultasi masalah keluarga dan
berbagai masalah yang dihadapi. Tapi kebanyakan untuk mengobati
penasarannya.
Mungkin ini juga salah satu penyebab
lamanya pembangunan ponpes ini. Tapi harus diakui juga, ini merupakan
suatu bentuk kesabaran dan keikhlasan para santri dalam pengerjaannya.
Tiap detil ornamen harus digarap dengan sangat sabar dan teliti. Ornamen
yang sebagian besar berbentuk kaligrafi merupakan hasil karya para
santri. Mereka membuatnya atas inisiatif dan gagasan sendiri. Selain
pengerjaannya yang tidak mudah, sebagai tukang mereka juga tidak
dibayar. Keikhlasanlah yang akhirnya menjadi oase di dalam hatinya.
Dengan alat pertukangan yang sederhana dan proses belajar
sendiri-sendiri dengan petunjuk dari Romo Kyai itulah yang akhirnya
membuat santri-santrinya mempunyai spesialisasi ketrampilan. Dengan
belajar langsung dalam pembangunan ponpes inilah para santri diajarkan
kehidupan sehari-hari. Mereka diajak mengamalkan ajaran cinta kasih,
bukan pahala, mengingat di pondok tersebut ada banyak orang dengan
tabiat dan sifat yang beraneka ragam pula. Yang tujuan akhirnya agar
mereka tersentuh hatinya. Itu memang sejalan dengan apa yang di ajarkan
di ponpes tersebut, yaitu bagaimana menata hati dan bertafakkur
mendekatkan diri pada Sang Pencipta dengan belajar sabar, riyadloh dan
bersyukur. Tafakkur ini dilakukan di beberapa lokasi pondok, sesuai
dengan petunjuk Romo Kyai.
Kembali ke bangunan ponpes. Di dalamnya
pun kita akan dibuat takjub dengan kemewahannya. Seperti puluhan
aquarium dengan ikan yang beraneka warna berjajar di lantai bawah tanah.
Ponpes ini sepertinya memang dirancang sebagai wisata religi, jadi
meskipun lift-nya belum bisa berfungsi, tapi masih ada anak tangga, dan
beberapa sudut ada tempat untuk beristirahat. Tempat istirahatnya pun
gak sembarangan, seperti kursi yang terbuat dari kayu jati dengan
bentuknya yang unik, belum lagi ada tempat duduk yang dibagian atasnya
ada ornamen kaligrafi dengan warna kuning keemasan, simbol kemewahan.
Di halaman samping ada semacam kebun
binatang mini. Penghuninya pun beraneka ragam, seperti burung merak,
rusa, monyet, burung dara, dan lain-lain. Setelah melewati kebun
binatang mini, kita akan disuguhi kolam yang lengkap dengan perahunya
yang bisa digunakan siapa saja dengan meminta ijin dulu ke santri yang
menjaganya. Di bagian atas pun ada beberapa stan penjual peralatan
sholat ataupun foto-foto ponpes tersebut. Di bagian lain pondok tampak
berjajar kamar-kamar santri, tapi dibedakan lokasinya yang pria dan
wanita, dan dibagi lagi yang masih bujang dan sudah berkeluarga. Di
salah satu lantai bangunan ponpes tersebut kita akan diperlihatkan
beberapa foto perkembangan kondisi bangunan dari tahun ke tahun. Foto
pertama menunjukkan kondisi ponpes tahun 1992. foto berikutnya
menyebutkan tahun yang lebih muda, hingga foto terakhir menggambarkan
kondisi bangunan ponpes tahun 2004.
Di bagian dalam ada beberapa musholla.
Untuk laki-laki terpisah dari musholla wanita. Penulis pun sempat
melakukan sholat Ashar di salah satu musholla, tidak terlalu besar sih,
di beberapa bagian masih terlihat pengerjaan yang belum selesai, tapi
sudah bisa digunakan. Meskipun belum selesai, tapi kamera CCTV sudah
terpasang di bagian dalam musholla. Yang unik adalah jalan menuju ke
musholla ini dan tempat wudhu. Dengan suasana yang agak gelap, kita
harus melewati beberapa lorong yang hanya cukup untuk dua orang saja.
Jika salah masuk lorong, dijamin tidak akan sampai ke musholla. Ini juga
mungkin yang membuat ponpes ini unik dan menarik buat dikunjungi.
Nah, di akhir kunjungan kita diminta
mengisi pendapat tentang ponpes ini. Berbagai komentar pun ada, yang
kebanyakan menyatakan kekaguman akan bangunan ponpes ini. Bahkan ada
yang mengaku tersentuh hatinya ketika memasuki sebuah ruangan. Yang
menarik, setelah kita menuliskan pendapat, ada satu papan yang
didalamnya dipasang beberapa kliping berita di surat kabar tentang
ponpes ini. Disitu juga ada bantahan bahwa ponpes ini dibangun oleh
bangsa jin.
Setelah berkeliling, akhirnya aku pun
bisa mengambil kesimpulan , jika ponpes ini bukan dibangun oleh bangsa
jin, seperti yang banyak dibicarakan orang. Aku sih bisa memahami,
karena bangunan ini sangat megah dan mewah, dan berada di perkampungan
penduduk desa. Mungkin yang bisa jadi bahan renungan buat kita adalah,
jika kita mempunyai uang banyak, akan kah terbersit di pikiran untuk
membuat bangunan semegah dan semewah ponpes ini? Banyak sekali pelajaran
yang bisa kita dapat dari pembangunan ponpes ini. Yang paling penting
adalah bahwa hanya dengan sebuah keikhlasan lah yang menjadi pondasi
utama bangunan megah ini. Semoga kita mengambil hikmah dari ini semua.
Amin… Klo mo liat foto2nya juga ada kok, liat aja di gallery fotoku.